Sabtu, 27 Desember 2014

BACK Part1

FFSungyeol & Yuri
Titke   :BACK Part 1
Author: Nona Karang
Genre : Romance, School, Frienship
Cast   : Lee Sungyeol, Kwon Yuri, Kim Myungsoo,
             Sunny, Taeyeon, Nam Woohyun, Hoya, Sungkyu

"Selamat pagi dunia....! Aaaahhhhh...."

Sebuah sapaan dari seorang gadis dari balik jendela kamarnya. Sambil melakukan senam ringan dan mereleksasikan tubuhnya yang barusaja melakukan istirahat panjang. Ialah Kwon Yuri, gadis cantik yang telah dituntut untuk hidup mandiri sejak kecil karena nasib buruk yang menimpanya.

Berbeda dari anak-anak remaj seusianya, ia harus hidup dan tumbuh tanpa adanya kasih sayang orang tua layaknya teman-temannya peroleh seusianya. Baginya, hidupnya yang sulit ini sama halnya dengan ia telah dipermainkan oleh nasib.

Namun di Usianya yang terbilang muda, mengalir darah semangat di dalam dirinya. Ia tak pernah sedikitpun minder dengan keadaannya. Meskipun ia tergolong dari kalangan apa adanya, namun ia selalu berusaha untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia tidak akan mudah dikalahkan oleh 'Nasib Buruk'. Setidaknya itulah yang menjadi alasannya untuk tetap kuat menjalani kerasnya hidup.

"Yuri... Kamu sudah bangun belum, Sayang?" terdengar suara seorang wanita dari luar kamarnya.

"Ne, Eomma!" sahut Yuri.

"Ayo cepat mandi! Nanti kamu terlambat ke sekolah!"

"Ne!"

Dilihatnya jam weker di atas meja yang sudah menunjukkan pukul 06:30. Ia pun sontak kaget karenanya.

"Astaga! Aku kesiangan lagi..."

Yuri pun bergegas keluar dari kamarnya lengkap dengan pakaian seragam yang akan dipakainya ke sekolah hari ini. Ia bergegas menuruni tangga dan langsung masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru.

"Pelan-pelan, sayang. Nanti kalau jatuh bagaimana?" kata Ibu Ahn menegur ulah puterinya, khawatir.

"Mian, Eomma. Aku kesiangan lagi!" jawab Yuri dengan berteriak dari dalam kamar mandi.

"Aigoo, anak ini. Ckck..." Ibunya pun tertawa terkekeh-kekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya yang tak habis pikir melihat ulah Puterinya.

Ya, sebenarnya Yuri bukanlah anak kandung dari Ahn Ssi. Kedua orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan tragis yang menimpa keluarganya sepuluh tahun yang lalu. Ahn Ssi adalah salah satu pelayan di keluarga Kwon.

Sepeninggal Tuan dan Nyonya Kwon, sebagai bentuk pengabdiannya sekaligus balas jasa kepada keluarga sang majikan, sebgai gantinya ia pun rela memelihara dan membesarkan Puteri semata wayang mereka, yakni Kwon Yuri.

Flashback 10 Tahun Yang Lalu

...Telah terjadi kecelakaan beruntun antara mobil pribadi berwarna putih dengan plat B 136D dengan truk pengangkut barang. Hingga saat ini sudah ada tiga korban tewas yakni dua orang penumpang mobil pribadi tersebut dan seorang pengemudi truk. Oh.. ternyata ada seorang gadis kecil yang beumur sekitar 8 tahun baru saja dibawa ke rumah sakit terdekat guna pertolongan darurat. Demikian laporan yang dapat kami sampaikan. Dari puncak Bogor, Cha Eun Sang melaporkan...

Praaang....

Terdengar suara piring yang tak sengaja terjatuh dari tangan seorang perempuan setengah baya yang juga berprofesi sebagai pelayan rumah tangga.

"Aaahhh.... Andueh! Tidak mungkin! Nyonya... Tuan..."

Pelayan itu langsung jatuh terduduk di kursi setelah menyaksikan berita dari televisi yang ada di hadapannya. Kakinya lemas dan gemetaran bahkan tak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Tidak mungkin korban kecelakaan yang dikabarkan barusan adalah Tuannya. Itulah yang dipikirkannya. Meski begitu, plat mobil yang disebutkannya tadi itu...

Kemudian pelayan itu bergegas pergi ke rumah sakit yang dekat dengan TKP. Sesampainya di sana, ia pun shock dan terkulai lemas melihat keadaan Tuan dan Nyonya Kwon. Ia hanya berdiri terpaku meratapi nasib sang majikan beserta keluarganya. Air mata pun langsung membasahi kedua matanya.

"Sabar ya, Nuna? Semua yang terjadi sudah takdir Tuhan. Tidak ada yang bisa menghalanginya." kata salah seorang petugas kepolisian.

Sesaat, sang pelayan pun teringat dengan puteri Tuannya. "Nona Yuri...? Ya, ada dimana dia? Kenapa dia tidak ada di kamar jenazah ini?" tanyanya dengan wajah penuh air mata yang membanjirinya.

"Iya, Nuna. Beruntung, anak itu masih dalam pemeriksaan tim medis. Semoga ia bisa diselamatkan. Saat ini ia sedang menjalani operasi di ruang UGD. Kepalanya mengalami benturan yang cukup keras..." tutur petugas kepolisian yang lain menjelaskan.

Tak semua penjelasan didengarkan oleh wanita itu. Yang ada dalam benaknya saat ini adalah rasa syukur bahwa anak dari majikannya masih ada peluang untuk bisa selamat. Namun di lain sis ia pun merasa sedih dengan nasib Yuri yang harus kehilangan kedua orang tuanya dengan cara yang tragis.

Tak berapa lama Ahn Ssi pun bergegas menuju ke ruang UGD yang dimaksud. Rasa khawatir di hatinya takkan pernah bisa hilang sebelum melihat Yuri dengan maa kepalanya sendiri membuka kedua matanya lagi.

Setelah dua jam menunggu, akhirnya operasi pun selesai. Syukurlah, operasi pun berjalan dengan lancar. Kwon Yuri, pasien yang baru saja dioperasi langsung dipindahkan ke ruang perawatan. Kini hanya tinggal menunggunya membuka mata.

Dua malam pun berlalu. Akhirnya Yuri pun membuka matanya. Kini ia telah terbangun dari mimpi buruknya. Dan semoga ia akan mendapatkan mimpi-mimpi indah dalam hidupnya setelah hari ini. Begitulah yang diharapkan semua orang untuk dirinya.

"Nona? Nona sudah sadar?" tanya Ibu Ahn, pelayan rumah tangga keluarga Yuri yang selalu menantikannya membuka mata kembali.

"Bibi, di mana aku?" Kata pertama yang diucapkan Yuri setelah tidur panjang. Dilihatnya ke sekitar ruangan, tampak bersih seperti di kamar. Namun ia sadar bahwa itu bukanlah kamarnya. Dindingnya berwarna putih bersih, tanpa ada sebuah hiasan dinding yang tertempel. Lalu mengapa ada tiang infus sekaligus selangnya yang menempel di tangannya? Ada apa ini? Benaknya dalam hati.

"Bi, kenapa kita ada di sini?" tanyanya lagi karena tidak mendapatkan jawaban apapun dari Ibu Ahn dengan pertanyaannya sebelumnya.

"Nona..." Ibu Ahn pun mulai terisak dan tak kuat menahan air matanya. " Apa Nona tidak ingat apa yang terjadi pada diri Nona?"

Ibu Ahn menggenggam erat tangan Yuri yang terasa dingin itu. Kini tangannya mulai basah karena tetasan air mata Ibu Ahn yang jatuh.

Melihat sikap Ibu Ahn membuat Yuri tersadar dan mencoba mengingat kembali kejadian yang baru dialaminya. Tak ada satu patah kata pun keluar dari mulutnya. Namun tak ada yang tak tahu, betapa sakitnya kini hatinya. Mungkin Yuri bermaksud menyembunyikan kesedihannya. Tapi semua rasa itu tergambar jelas di wajahnya tanpa ia sadari.

Seminggu telah berlalu. Keadaan Yuri makin hari semakin membaik. Perlahan namun pasti, luka memar dan goresan di tubuhnya pun mulai memudar.

Sebagai satu-satunya orang terdekat yang dimiliki Yuri, Ibu Ahn sangat tulus memberikan perhatiannya. Kini Yuri tinggal sendiri. Dan hal itulah yang selalu dipikirkan olehnya tiap malam.

"Bagaimana dengan Nona Yuri? Apakah aku tega meningglkannya seorang diri?" pikir Ibu Ahn sambil sibuk merapikan pakaian ganti milik Yuri.

"Akhirnya aku keluar juga dari kamar ini." tiba-tiba Yuri membuyarkan lamunan Ibu Ahn. Ia lalu mendekati Yuri dan langsung mengusap lembut rambut Yuri layaknya seorang Ibu yang menyayangi puterinya.

"Nona... Hari ini kita akan pulang. Jadi Nona harus gembira, ya!" pinta Ibu Ahn berharap Yuri menenangkan hatinya.

"Aku tidak akan pernah bisa gembira atau bahagia lagi." jawab Yuri sendu.

"Lho, kok Nona bicara seperti itu?"

"Hal apa yang harus aku senangi? Bukankah semuanya sudah berakhir, Bi? Sumber kebahagiaan seorang anak adalah kasih sayang dari orang tuanya. Lalu, apa jaminannya aku harus bahagia?"

Mendengar kalimat rintihan dari Yuri membuat hati Ibu Ahn tersakiti. Sedikit banyak ia pun mengerti apa yang sedang dirsakan Yuri. Karena bukan hanya Yuri yang merasakan kehilangan, melainkan dirinya pun turut terluka.

Tak banyak yang bisa dipikirkan Ibu Ahn saat ini. Hanya pelukan kasih sayang yang terpikir olehnya untuk menenangkan Yuri. Setidaknya untuk saat ini.

Selama perjalanan ke Jakarta, Yuri hanya terdiam sambil menerawang menatap ke luar jendela taksi yang dinaikinya. Mata sibuk melihat kendaraan dan tempat-tempat yang baru saja dilaluinya. Baginya diam adalah senjata terbaik untuk melawan rasa sakit yang ada di hatinya saat ini. Seolah mengerti apa yang dipikirkan Yuri, Ibu Ahn pun hanya diam dalam pengawasan terhadap Yur

Setelah melakukan perjalanan panjang, Yuri dan Ibu Ahn akhirnya tiba di rumah keluarga Kwon. Rumah yang besar nan megah itu tak lagi membuat mereka merasa tertarik untuk memasukinya. Sebaliknya, langkah kaki mereka terasa berat untuk memasuki rumah itu.

"Umm... Ayo Nona, kita masuk dan istirahat di dalam!" ajak Ibu Ahn setengah ragu dengan idenya. Meski ia mulai melangkahkan kaki, namun tak terdengar hentakan langkah Yuri turut mengikutinya.

Benar saja kecurigaannya, Yuri tak iku bersamanya memasuki rumah itu. Ia bahkan masih berada di tempat saat pertama kali ia turun dari taksi tadi.

"Ya Tuhanku, Nona..." Ibu Ahn hanya bisa pasrah melihat sikap Yuri. Ia tahu benar dengan yang dirasakan sang anak majikannya itu. Tapi ia bingung dan tak tahu, apa yang seharusnya ia lakukan untuk menghiburnya.

Ibu Ahn mendekati Yuri yang hanya berdiri mematung dengan wajah tertunduk. Pelukannnya untuk Yuri semoga mampu meringankan beban dihatinya. Ibu Ahn pun memberanikan diri mendongakkan wajah Yuri yang tengah menunduk hingga akhirnya ia bisa melihat dengan jelas wajah cantik yang tersembunyi itu.

Perlahan Ibu Anm mengangkat dagu Yuri dan berka, "Nona, apa kau ingin kita pindah dari sini?"

Pertanyaan yang sulit dimengerti untuk Yuri. Tapi itulah yang ingin didengarnya saat ini. Ia berharap seseorang membawanya pergi dari sini secepatnya. Bukan ingin melupakan kenangan-kengpangan indahnya bersama kedua orang tuanya. Melaikan mencari jalan pintas agar ia bisa menjalani kehidupan barunya.

"Umm...!" Yuri pun mengangguk dengan pasti. Lalu air mata pun mengalir dengan deras membanjiri wajah dan disembunyikannya di balik pelukan Ibu Ahn.

Hari masih senja, namun Ibu Ahn dan Yuri tetap pergi dari rumah itu. Mereka memutuskan untuk menginap di rumah Ibu Ahn yang ada di Bogor. Bogor-Jakarta-Bogor, perjalanan yang terpaksa harus mereka lalui demi untuk menenangkan hati mereka masing-masing.

Tak mudah bagi setiap orang menerima takdir buruk seperti yang Yuri terima. Terlebih dia terbilang masih kecil, di usianya ia harus berlapang dada. Karena di usianya seharusnya ia mendapatkan kasih sayang yang lebih. Sebab masanya adalah masa pertumbuhan dan perkembangan. Perhatian dari orang tua sangatlah penting untuk memberikan dukungan terhadap Putra-Putrinua.

Tapi tidak untuk puri. Sejak usia 8 tahun, ia sudah dituntut untuk hidup mandiri dan dewasa. Karena itulah, ia selalu merasa dirinya tengah dipermainkan oleh 'Nasib'. Oleh sebab itu, ia mempunyai motto hidup 'Pantang menyerah sebelum mati!'.

Motto yang terdengar berlebihan untuk seorang gadis kecil. Tapi itulah kehidupan. Hidup tak pernah adil. Bagi mereka yang beruang, mereka akan diperlakukan sebagai raja. Sebaliknya, mereka yang tak beruang, mereka akan dipandang sebelah mata dan tanpa belas kasih. Setidaknya ia pernah hidup menjadi seorang Putri. Tapi kini ia sendiri. Tak ada lagi orang tua yang memanjakannya. Itu berarti ia harus siap menjadi orang yang akan dianggap sebelah mata. Kecuali, ia mampu bertahan dan melakukan perubahan pada dirinya.

***

Setahun sudah kini Ibu Ahn dan Yuri tinggal di Bogor. Mereka telah berhasil melewati masa-masa sulit sepeninggal Tuan dan Nyonya Kwon. Kehidupan yang jauh berbeda dari Jakarta.

Jika di Jakarta, setiap harinya akan terasa ramai oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Pemandangannya pun hanya dipenuhi oleh lukisan gedung-gedung pencakar langit. Udara juga tak layak lagi bagi kesehatan karena telah berbaur dengan polusi. Panas, gersang, tandus, itulah Jakarta. Sebaliknya, di Bogor masih terdapat hamparan hijau sepanjang mata memandang. Seperti karpet hijau yang terhampar luas, membuat mata ingin memandanginya. Matahari pagi dan senja selalu menjadi hiasan di awalndan di ujung hari. Tak pernah bosan bahkan selalu menagih. Udara yang tercium pun sangat khas. Bau tanah, bau tanaman hijau, dan bau kabut yang dingin. Selalu membawa kedamaian dan kenyamanan.

Ya, itulah yang selama ini mengobati hati Yuri dan Ibu Ahn. Terapi alam sangat cocok untuk menenangkan hati yang luka dan gundah. Karena di alam terdapat tanda-tanda kasih sayang Tuhan kepada makhluknya.

Hari ini merupakan peringatan hari dimana peristiwa kecelakaan yang menimpa mereka. Sudah sewajarnya Yuri berziarah ke makam kedua orang tuanya. Hari yang pas untuk merayakan pergantian tahun. Hari dimana semua orang bersuka cita menyambut hari baru di tahun baru. Namun bagi Yuri dan Ibu Ahn, hari itu adalah hari peringatan berduka cita.

"Nona, apakah kita tidak perlu ke makam Tuan dan Nyonya?" tanya Ibu Ahn. Untuk beberapa saat Yuri terdiam. Entah apa yang tengah dipikirkannya. Sementara Ibu Ayn masih menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Yuri.

"Jika Ibu mau, pergilah. Aku ada janji dengan temanku." jawaban singkat yang keluar dari mulut Yuri membuat heran Ibu Ahn. Ia pun lantas pergi ke luar rumah dan berjalan menuju perkebunan teh di arah barat.

Ibu Ahn pun nampaknya dapat menebak, kemana Yuri akan pergi. "Apakah ke rumah anak itu lagi?" gumam Ibu Ahn yang kemudian pergi meninggalkan rumahnya tanpa lupa mengunci pintu dan meninggalkan kuncinya di bawah salah satu pot tanaman yang ada di luar rumahnya.

***

Tebakan Ibu Ahn memang tidak salah. Yuri memang pergi ke rumah seorang anak laki-laki yang juga satu-satunya teman yang dimilikinya di Bogor. Sebenarnya banyak anak-anak yang ingin menjadi temannya. Namun ia tetap berusaha menutup diri, sehinngga sikapnya itu membuat dirinya sulit bergaul dengan teman yang lain. Entah kenapa, tapi hal itu tidak berlaku untuk Yeolie, panggilan akrab yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang yang dianggapnya spesial. Begitupun berlaku untuk Yuri di dilamnya.

Suara alunan melodi yang berasal dari tiupan harmonika, yang dimainkan oleh Yeolie di depan pintu rumahnya. Tanpa sepengetahuannya, diam-diam Yuri mengintipnya dari balik pagar rumahnya. Setelah ia selesai memainkan harmonikanya, tiba-tiba ia mendengar suara tepukan tangan seseorang.

"Yuri?! Kau membuatku kaget!" seru Yeolie yang terkejut oleh perbutan sahabatnya itu. Yuri hanya menanggapi dengan senyum dan lanjut dengan tawa kekehan seraya meledek.

"Kenapa berhenti? Ayo mainkan lagi!" pinta Yuri yang kemudian mendekati Yeolie dan kini duduk tepat di sebelahnya.

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"Nanti kau bisa jatuh cinta padaku!"

"Mwo?"

"Hahaha... Aku becanda! Kita kan masih kecil, tidak mungkin saling jatuh cinta. Iya kan, Yuri?" kata Yeolie berusaha mengalihkan perhatian Yuri.

Yuri hanya terdiam menanggapi candaan Yeolie. Namun matanya menatap dalam ke arah anak laki-laki yang sedang berada di dekatnya saat ini.

"Hei...!" Yeolie melambai-lambaikan tangannya di hadapan wajah Yuri. "Kenapa melamun?"

"Ah... Anniyo!" tukas Yuri gugup.

"Aku berharap kita akan selalu menjadi teman selamanya. Aku berharap kita akan bertemu lagi suatu hari nanti, meskipun kita akan berpisah."

Di balik kata-katanya, seperti tersirat makna yang disembunyikannya. Yuri yakin sekali dengan hal itu. Perasaannya mengatakan demikian.

"Kau mau kemana?" tanyanya penasaran.

"Ah... tidak. Aku tidak kemana-mana. Jangan khawatir. Hmm..?" jawaban yang terdengar mengambang dan tak menenangkan itu terpaksa dikatakannya. Yeolie berusaha menutupinya dengan menundukkan wajah agar tidak membuat Yuri khawatir.

"Oh iya, aku akan memberimu kejutan. Apa kau mau ikut denganku?" katanya lalu beranjak dari tempat duduknya dan mengulurkan tangannya. Dengan rasa penasaran di hatinya, Yuri pun dengan senang menyambut tangan Yeolie dan mengikutinya kemanapun ia mengajaknya.

Setengah jam telah Yuri dan Yeolie habiskan dengan bersepeda. Selama perjalanan mereka melintasi perkebunan teh yang panjang. Kemudian mereka melewati kebun bunga yang sangat luas. Tempat itu benar-benar belum pernah dilihat oleh Yuri sebelumnya.

"Kau akan membawaku kemana, Yeolie ah?" tanya Yuri yang mulai merasa tak nyaman dengan bokongnya karena harus duduk di sepeda selama setengah jam. Terlebih jalan yang mereka lalui pun tidak mulus alias terjal dengan banyak bebatuan dan tanah yang becek.

"Bersabarlah! Sebentar lagi kita akan sampai. Aku janji, kau tidak akan menyesala! Jadi bertahanlah sedikit lagi." pinta Yeolie sambil terengah-engah mengayuh sepeda.

"Tapi Yeolie ah... Kau pasti kelelahan?! Ini adalah jalan menanjak. Sementara kau harus memboncengku juga untuk melewatinya. Kau pasti keberatan!" tutur Yuri yang mengkhawatirkan keadaan Yeolie.

"Sudah, diam! Aku ini anak laki-laki. Aku pasti akan melindungimu. Jadi, percayalah padaku. Aku pasti bisa melakukannya!"

O-oo.. Sepertinya kali ini mulut besar Yeolie harus ditutupnya. Ternyata keadaan saat ini tidak sesuai dengan perkataannya barusan. Jalan itu semakin lama semakin menanjak tajam. Dan sepertinya ia tidak akan sanggup melanjutkannya dengan mengayuh sepedanya. Apalagi harus berboncengan.

"Eee... Yuri ah, sepertinya kita mengalami masalah sedikit..."

"Ada apa, Yeol? Gwaeonchana?"

"Umm... Anu... Bisakah kau membantuku? Bantu aku mendorong sepeda, ya? Karena sepertinya aku tidak sanggup menyelesaikan tanjakan ini."

Ucapan Yeolie barusan berhasil menggelitik Yuri. Ia pun tanpa sadar menertawakan sahabatnya itu dengan terpingkal-pingkal. Ya, tanpa tahu bahwa Yeolie merasa malu padanya.

"Hahahahaha... Sudah kubilang kan, Yeolie ah! Kau selalu bertindak sendirian. Baiklah, ayo kita jalan bersama-sama. Sepedanya kita tuntun bersama saja. Kurasa itu lebih menyenangkan, dan lebih adil tentunya." Jawab Yuri masih menyelipkan kekehan kecil di tengah kata-katanya.

"Ne. Arata! Kau menang kali ini. Aku yang salah, dan kau yang benar." Tukas Yeolie berpura-pura kesal untuk menutupi malunya.

Akhirnya kebun bunga yang luas itu berhasil dilalui mereka. Namun ternyata tak sampai di situ saja perjuangan mereka. Di ujung kebun bunga itu ada sebuah hutan. Dan hutan itu harus dilalui mereka.

Mulanya memang ada jalan setapak dari pintu masuk yang tampaknya sering dilalui oleh penduduk skitar. Namun semakin dalam mereka menyusuri jalan itu, jalan itu pun terputus. Bukan berarti mereka telah tersesat. Tapi sepertinya Yeolie memiliki jalan rahasianya sendiri.

"Yeolie, di mana ini? Aku takut!" kata Yuri sambil menggenggam erat tangan Yeolie.

"Tenang, tenang. Sebentar lagi kita sampai. Tetaplah berpegang padaku. Jangan melepaskannya! Araseo?"

"Umm!" Yuri mengangguk mengerti. Karena hanya hal itu yang bisa dilakukannya. Sebab ia tidak akan bisa keluar dari tempat itu karena tidak tahu jalan pulang.

Tiba-tiba saja Yeolie menanyakan hal yang tidak ingin didengar Yuri. "Apa kau mengingat jalan yang telah kita lalui sampai menuju ke sini, Yuri?"

"O? Kenapa memangnya?"

"Kau harus mengingatnya. Tempat yang akan kita datangi ini akan menjadi tempat favoritmu kelak. Aku tidak ingin kau tersesat tiap kali kau datang."

"Kan ada kau?"

"Tidak boleh. Kalau kau terus mengandalkanku, kapan kau bisa datang sendiri?"

Yuri benar-benar tidak mengerti maksud perkataan Yeolie barusan. Ia hanya terus berjalan dan berjalan mengikuti Yeolie sedari tadi. jadi ia tidak sempat mengingat tiap langkah kakinya. Tapi ia tetap menjaga gengsinya karena tak ingin terlihat bodoh di hadapan Yeolie. Untuk menjawab pertanyaannya itu, Yuri harus memutar otaknya secepat mungkin.

"Hei! Kenapa diam saja? Kau belum menjawabku."

"Ah... tentu saja aku mengingatnya dengan baik. Ingatanku sangat bagus. Kau tahu itu?!"

"Jinja? Baiklah, aku mengerti."

Terdengar suara air mengalir dan siulan burung. Suara-suara itu makin lama mulai terdengar dengan jelas. Sangat indah hingga memancing rasa penasaran kedua anak itu.

"Baiklah, kita sudah sampai Yuri. Lihatlah ke sana!"

***TBC***

Kamis, 25 Desember 2014

BACK

Annyeong!! Ini adalah FF pertamaku. sebenarnya sih sudah sejak lama aku ingin membuatnya. ya... tapi baru ada kesempatan. Biasa lah, IRT. banyak kesibukan. berhubung sekarang sedang musim hujan and males ngapa-ngapain, akhirnya iseng-iseng deh bikin FF.

Aku ngefans banget sama Infinite n Suju pastinya. karena itu aku buat FF ini. kali ini pemeran utamanya Sungyeol. Kalau ada kesempatan lagi, aku pasti bakal bikin lagi dengan pemeran utamanya dari member lain. karwna itu, mohon dukungannya ya...
Gampang kok, cukup tulis saran n kritik saja di bawah. Apa pun itu, pasti ku baca!

Oke, nggak panjang-panjang lah perkenalannya. kalau mau kenal lebih lanjut, tinggal lihat profil ku aja, ya. Sebelumnya maaf ya kalau banyak typo. Maklum,  manusiawi lah...

Lets check it out.! Jebalyo...:-)

Kamis, 18 Desember 2014

Salam Kenal Ya...

Assalaamu'alaikum...
Hallo, apa kabar semuanya? Terima kasih ya karena udah mau mampir ke blog ku yang apa adanya. Yah... Begini deh, sempet gak sempet tetep disempetin buat bikin ff. Mumpung anak masih tidu. Fufufufu...
Habisnya bingung sih mau ngapain. Alhasil malah ngelamun mikirin Kyuhyun Oppa. Akhirnya pikiranku malah melayang-layang gak karuan. Tapi menurutku ini positif kok. Ya... Daripada main ke tetangga ujung-ujungnya malah ngerumpi ngomongin orang and malah nambah-nambahin dosa. Hehehe...
Ah... Daripada kebanyakan cicit-cuit, mending kita lihat Ffnya ya. Oh iya, jangan lupa kritik dan sarannya ya... Supaya bisa bikin yang lebih baik kedepannya. Aaamiiin...
Kajja..!!#Lari ngebut gak sabaran!!